Dinda's Blog

HAVE FUN AND ENJOY WITH THIS BLOG ;)

Powered By Blogger
Rabu, 16 Maret 2011

Kisah Sebuah Buku Huruf Braille

Diposting oleh Dinda Fitri Fatimah |

                Ada seorang gadis tuna netra. Ia sangat suka membaca. Tentu saja ia tidak membaca menggunakan matanya, melainkan membaca menggunakan ujung-ujung jari sebagai mata. Huruf yang dibaca juga memiliki aksara khusus, yaitu aksara Braille. Aksara ini berbentuk kode-kode titik yang dicetak seperti huruf timbul. Namun sayang, buku dengan huruf Braille sangat sedikit. Selain membuatnya rumit, harganya pun cukup mahal.

Inilah cara mencetak buku dengan aksara Braille : 
  1. PENGETIKKAN , mengetik naskah ke dalam komputer. Ini yang dikerjakan oleh mereka yang bukan tuna netra.
  2.  PENGEDITAN, tulisan yang sudah diketik kemudian diperiksa. Kalau sudah betul semua, diganti ke aksara Braille. Cara menggantinya mudah saja. Sekarang ada program komputer khusus yang memiliki huruf Braille. Jadi tinggal “klik” saja. Setelah itu, diperiksa lagi supaya tidak ada kesalahan. 
  3. PENCETAKAN, mencetak Braille satu buku sebagai percobaan. Saat ini sudah ada printer khusus untuk mencetak dengan aksara Braille. Kalau printer biasa memakai tinta atau pita, printer Braille memakai deretan jarum-jarum kecil. Jarum-jarum ini akan menusuk kertas sehingga menjadi kode-kode titik yang timbul. 
  4. PENGOREKSIAN. Setelah dicetak, kemudian diperiksa. Kali ini yang memeriksa adalah orang tuna netra. Kalau ada salah huruf atau tanda baca jadi bisa dibetulkan. 
  5. PENGGANDAAN. Setelah benar, baru dicetak lagi sebanyak yang kita inginkan.
Kesulitan mencetak dan menyimpan buku dengan aksara Braille 
  • Wah, program khusus komputer dan printer Braille ini harganya mahal sekali. Belum lagi kalau ada satu jarum yang putus! Memperbaikinya susah dan mencari jarum penggantinya juga sangat mahal. 
  • Buku dengan aksara Braille tidak bisa difotocopy. Kalau dikopi, nanti hurufnya tidak timbul lagi. 
  • Bahan kertas yang dibutuhkan jauh lebih banyak. Ya, perbandingannya adalah 1:4. Jadi tulisan sebanyak satu halaman akan menjadi 4 halaman kalau menggunakan aksara Braille. Kalau kertasnya lebih banyak, harganya jadi lebih mahal. 
  • Memelihara buku Braille juga tidak mudah. Buku ini tidak boleh ditumpuk. Sebab kalau ditumpuk, nanti tulisannya tidak timbul lagi.
Yuk, membantu teman tuna netra supaya bisa membaca buku!
                Kalau teman-teman berminat, bisa belajar membaca dan menulis huruf Braille. Kalau sudah bisa, kit abisa menuliskan cerita dan berita untuk mereka dengan menggunakan alat yang bernama riglet. Syaratnya mudah kok! Hanya membutuhkan kertas yang tebal dan licin. Kertasnya kalau bisa lebih berat dari 80 gram. Bisa juga teman-teman mengetikkan cerita atau berita di komputer, lalu disimpan di dalam flashdisk. Flashdisk itu bisa dibawa ke panti tuna netra yang memiliki printer atau mesin cetak untuk diperbanyak.

0 komentar:

Subscribe